Pages

Monday, March 2, 2020

Day 2 Journey



Perjalanan hari kedua dimulai!
Apa kata Firman Tuhan di ayat 2?

Amsal 31:2 (ITB)
Apa yang akan kukatakan, anakku, anak kandungku, anak nazarku? 

Proverbs 31:2 (KJV)  What, my son? and what, the son of my womb? and what, the son of my vows?

Amsal 31:2 (FAYH)  Hai Anakku, yang telah kupersembahkan kepada TUHAN,

Anak yang dimaksud di ayat dua ini sangat istimewa. Anak ini bukan sekedar calon raja biasa, tetapi anak ini adalah anak nazar. Anak nazar adalah anak yang dipersembahkan bagi Tuhan,seorang anak perjanjian!

Masih ingat kisah Hana yang mandul dan lantas bernazar jika ia hamil akan mempersembahkan anaknya bagi Allah( baca: 1 Samuel 1)? Hana pun menepati nazarnya dan anaknya Samuel dipersembahkannya untuk melayani di Bait Allah. Hana mendidik Samuel kecil sebagai anak perjanjian. Samuel bukanlah anak gampang di mata Hana, bukan pula anak emas kesayangannya yang dimanja.  Hana mengasuh dan mendidik Samuel sesuai nazarnya, hingga tiba waktunya untuk dipersembahkan bagi Allah! 

Raja yang menulis amsal 31 ini pun adalah anak nazar. Sang Bunda raja membesarkannya sebagai anak perjanjian. 

Pertanyaan untuk direnungkan: Sebagai seorang ibu, apakah saya memandang anak saya ini sebagai anak perjanjian?
Jawaban yang memberondong nurani umumnya: 
Ya, tentu saja. Saya mendedikasikan anak saya di acara penyerahan /baptisan anak. Tentunya anak saya ini anak perjanjian! 

Ada pula seorang ibu yang menjawab:
Ya, dulu kami sulit dapat momongan, lantas kami bernazar dan barulah setelah 8 tahun menikah punya anak. Tentunya anakku ini anak perjanjian.

Baiklah. 
Pertanyaan selanjutnya lebih tajam lagi:
Apakah cara saya berelasi , mendidik dan mengasuh anak saya adalah seperti saya sedang membesarkan anak perjanjian? 

Ataukah mungkin lebih seperti  sedang membesarkan anak gampang? Terlalu dikasihi tanpa ada disiplin yang mendidik
Atau mungkin lebih seperti  sedang membesarkan anak asuh? Yang penting dana edukasi disetor dengan rutin, disekolahin, dilesin ina itu komplit.
Atau mungkin lebih seperti  sedang membesarkan anak tiri? Tidak dianggap dan tidak dipedulikan perasaannya, sekedar dibesarkan tubuh fisiknya. 

Kira-kira lebih mirip yang mana? 
Cara seorang ibu memandang anaknya akan menentukan bagaimana ia memperlakukan anaknya. 

Seorang ibu yang menyadari penuh bahwa ia sedang membesarkan anak perjanjian akan senantiasa mengandalkan tuntunan Tuhan. Situasi hidup yang menantang pun bukanlah penghalang.

"Perkenalkan, ini anak saya," demikian ucap seorang singlemom dengan bangga saat hari wisuda sarjana anaknya. Sebut saja nama ibu ini Sarah. Sejak hari suaminya menceraikannya hingga hari inipun ia terus membesarkan anaknya dalam takut akan Tuhan. Sarah meyakini ia sedang membesarkan seorang anak perjanjian! Ia tetap teguh dan menjadi teladan iman bagi anaknya. Ia menjadi ibu kandung dan juga ibu rohani bagi anaknya.
"Yang namanya bekas suami ada, tetapi tidak ada yang namanya bekas anak. Sekali anakku tetap anakku. Menjadi ibu secara fisik itu melelahkan jiwa raga, namun menjadi ibu secara rohani itu anugerah semata" demikian ujar Sarah

Let us mother not only the physical body of our children, but also their souls. Motherhood is a calling to disciple our kids in His ways. 

No comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah mengunjungi weblog agendaiburumahtangga, komentar serta kritik anda sangat ditunggu...