Amsal 31:8
Bukalah mulutmu untuk orang yang bisu, untuk hak semua orang yang merana. (TB)
Bukalah mulutmu bagi orang bisu dan terhadap hak segenap keturunan yang akan punah. (MILT)
Proverbs 31:8
Open thy mouth for the dumb in the cause of all such as are appointed to destruction.(KJV)
Open thy peh (mouth) for the illem (mute) in the cause of all such as are bnei chalof (sons of destitution) (OJB)
Otoritas (baca:raja, pemimpin rakyat) adalah perwakilan Allah bagi rakyat yang dipimpinnya. Sebagai pemimpin, Lemuel dinasihati oleh ibunya untuk membuka mulutnya bagi:
- Orang bisu (Ilem)
- Orang yang merana (Bnei chalof)
1.Orang yang tidak bisa bicara (Ilem)
Ilem artinya bisu, diam, bodoh, tidak bisa bicara.
Orang yang tidak bisa menyuarakan isi hatinya untuk membela haknya.
Jika memandang ke sekeliling kita, sebetulnya ada banyak orang yang tidak bisa bicara, yang membutuhkan pemimpin untuk memperjuangkan hak mereka. Bermunculanlah beberapa sosok figur pemimpin di benak saya:
Saya pernah berkunjung ke Precious One, sebuah yayasan yang melatih dan mempekerjakan para tuna rungu sehingga karya-karyanya bisa dipasarkan dan menjadi sumber penghasilan. Pendiri yayasan ini telah menjadi figur pemimpin yang memperjuangkan suara kaum tuna rungu.
Namun tidak bisa bicara tidaklah selalu karena orang itu bisu.
Ada orang yang tidak berani menuntut keadilan bagi haknya yang dirampas, karena ia tidak punya pengetahuan hukum yang cukup atau mungkin dana yang dimiliki terbatas. Ada sebuah yayasan di area Jakarta Utara yang memberikan jasa layanan pendampingan hukum gratis bagi orang miskin. Ada seorang pengacara kondang yang juga sering memberikan konsultasi hukum gratis bagi yang membutuhkan. Mereka ini juga telah membuka suara bagi orang yang tidak bisa bicara dalam ranah pembelaan hukum!
Sembari merenungkan bagian ini, saya sedang mengunjungi seorang janda tua yang hidup menumpang di rumah anaknya.
"有口难言!" ,demikian curhatnya.
有口难言 (yǒukǒu-nányán) adalah ungkapan dalam bahasa Mandarin yang artinya seseorang tidak bisa mengutarakan maksud hatinya karena malu atau sungkan, bisa juga dalam keadaan tertekan dan takut.
Hati saya tersentak dan kaget mendengar ungkapan ini meluncur dari curhatnya. Kok bisa pas banget saat saya merenungkan ayat 8 ini ? Saya jadi tahu bahwa janda tua ini adalah kesempatan yang diberikan Tuhan untuk saya bisa membuka suara saya bagi persoalannya.
2.Orang yang merana (Bnei chalof)
Orang yang hidupnya tidak diperhatikan, kaum terabaikan: para janda dan anak yatim, orang lanjut usia, para gelandangan, kaum disabilitas , dsbnya.
Kaum minoritas dan terabaikan membutuhkan kepedulian yang nyata. Saya bersyukur melihat ada yayasan, komunitas dan organisasi yang aktif memperjuangkan hak-hak mereka.
Kisah hidup Bunda Theresa di Calcutta, George Mueller di Bristol adalah dua teladan hidup yang nyata. Bagaimana kaum terabaikan dilayani dan dipedulikan oleh mereka amat menginspirasi.
Di Indonesia pun ada figur-figur pemimpin yang membuka suara dan yang memperjuangkan hak bagi kaum minoritas:
Yayasan Lima Roti Dua Ikan yang memperjuangkan pendidikan bagi anak-anak miskin di jalanan. Komunitas AABB yang melayani keluarga-keluarga penyandang disabilitas.
Bukankah kita adalah imamat yang rajani? Kita adalah pemimpin yang memiliki panggilan khususNya yang unik.
Pertanyaan untuk direnungkan:
Sudahkah saya menjadi imamat yang rajani?
Charity begins at home.
Dimulai dari di rumah, sudahkah saya sebagai ibu menjadi pemimpin bagi anak-anak saya? Apakah saya menyuarakan isi hati mereka yang tidak bisa bicara? Seorang bayi mungkin belum bisa bicara, tetapi ibunya tahu saat ia menangis: apakah ini tangisan minta susu, tangisan minta diganti popok atau tangisan kesakitan.
Sudahkah saya menjadi ibu yang "hadir secara emosional" bagi anak-anak saya? Mindful mothering ini perlu banget di jaman now. Anak sering jadi berebut perhatian ibunya dengan gadget.
Children should have the best of their mother..her freshest, brightest hour.." kata Charlotte Mason (Vol 1 hal 8).
Sebagai wanita, sudahkah saya peduli dengan lingkungan sekitar saya? Adakah saya melihat kesempatan-kesempatan untuk membuka suara bagi orang merana dan bisu di sekitar saya?
Kartini memperjuangkan hak pendidikan wanita di zamannya. Mungkin panggilan saya sebagai pemimpin tidak spektakuler seperti itu , tetapi just do my part.
Start small.
Menjadi relawan kampanye baca lantang di rumah baca terdekat juga merupakan salah satu cara menyuarakan kampanye literasi untuk mereka yang belum melek literasi.
Menjadi donatur rambut untuk dibuat wig bagi penderita kanker juga bisa jadi sakah satu cara memperjuangkan hak bagi pasien kanker.
Ada berbagai kesempatan untuk bisa menyuarakan dan memperjuangkan hak orang merana yang bisa kita pilih!
Berbagai kesempatan untuk menjadi berkat bisa berlalu begitu saja jika saya abai dan hanya memikirkan diri sendiri.
Let us ponder this verse once more and pray for "my special part" in opening my mouth in the cause of the destitute!
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah mengunjungi weblog agendaiburumahtangga, komentar serta kritik anda sangat ditunggu...