Pages

Wednesday, July 20, 2022

Berkegiatan Bersama Anak


Pandemi membuat setiap kita terbiasa lebih lama menatap layar gawai. Tak hanya orang dewasa, anak-anak pun “dipaksa” menyesuaikan dengan lebih banyak kegiatan yang diselenggarakan daring. Sekolah dan aneka les beralih ke pembelajaran jarak jauh, work from home dan aneka webinar menjadi umum. Bahkan kegiatan arisan dan acara keluarga pun ikutan serba daring. Setelah dua tahun lebih “terpaksa” hidup serba daring, lama-lama kita terbiasa juga. Normal baru pun menjadi gaya hidup kita dan rasanya beragam kegiatan offline pun tetap memberikan pilihan untuk online.


Setelah pandemi usai, bergawai intens menjadi kebiasaan yang terlanjur terbentuk. Anak menjadi sudah biasa memainkan gawai berlama-lama. Sedikit banyak anak pun harus diarahkan untuk beralih ke kegiatan offline dan mengurangi porsi kegiatan online. Sayangnya kecanduan gawai menjadi umum pada anak-anak pasca pandemi. Waktu di depan layar menjadi perlu diperhatikan orang tua. Menarik dibaca di laman generos.id bahwa dalam sebuah penelitian di Amerika Serikat, paparan screen time berlebihan ternyata dapat menyebabkan anak speech delay.

Penelitian ini menyebutkan bahwa screen time berlebihan pada anak dapat menunda kemampuan anak dalam berbicara. Tak bisa dipungkiri bahwa gadget dan perangkat seluler mempengaruhi perkembangan komunikasi manusia digital.


Dalam Simposium Nasional bertajuk ‘Membaca Fenomena Speech Delay: Pendekatan Multi Pihak’, yang digelar oleh Yayasan Akses Sehat bersama Generos pada 21-22 Mei 2022, dr. Dian membenarkan bahwa kasus speech delay kian meningkat, berkaca dari para orang tua yang berkonsultasi padanya. “Ini diakibatkan pandemi yang membuat anak tidak bersosialisasi, dan orang tua ngasih gadget terus,” ujar dia dalam simposium tersebut. Melihat anak-anak menikmati santap makan dengan mata tertuju pada gadget di meja makan menjadi pemandangan umum hari-hari ini. Gadget sudah menjadi pengasuh anak-anak milenial. Sebagai caregiver yang mengawal tumbuh kembang anak tercinta kita, tentu saja kita tidak bisa tinggal diam membiarkan kebiasaan dibuai gadget ini merajalela.

Apa yang bisa dilakukan para orang tua untuk menyikapi tantangan zaman ini?


Adanya kegiatan offline yang lebih menarik tentunya bisa membuat anak teralihkan dari gawai. Jika anak merasa bosan dan tidak memiliki kegiatan berarti, maka kecenderungan untuk berlama-lama menatap gawai akan lebih besar. Gawai menjadi tempat anak mencari hiburan. Gawai menjadi segala-galanya di era digital ini. Era tahun 90an internet adalah kebutuhan nomer sekian. Zaman now ini internet dan gadget sudah seperti oksigen yang dibutuhkan untuk bernafas. Gawai, si perangkat pintar , telah berhasil membuat para pengguna semakin tergantung dan malas berpikir. Adalah bagian orang tua dan caregiver untuk memberikan alternatif kegiatan bagi anak. Bagaimana merancang kegiatan yang mengalihkan anak dari buaian gawai?


Rutin mengajak anak berkegiatan yang positif bisa mempererat bonding antara orang tua dan anak. Sayangnya orang tua seringkali kehabisan ide saat hendak mengajak anak bermain. Kegiatan yang bisa dijadikan pilihan di antaranya membacakan lantang buku-buku favorit, berkebun bersama, mengurus binatang peliharaan, memasak bersama dan berolahraga bereng. Membuat ritual mendongeng sebelum jam tidur bisa jadi pilihan awal. Mengutip generos.id, mendongeng ini merupakan salah satu stimulasi yang efektif untuk anak yang mengalami speech delay atau terlambat bicara. Mendongeng bisa membangun kedekatan dan menjadi mengukir memori di hati anak. Anak selalu ingat bahwa orang tuanya mendongeng baginya.


Jim Trelease dalam buku The Read-Aloud Handbook menyoroti bagaimana Cushla Yeoman, seorang anak yang terbelakang secara fisik dan mental, dibacakan lantang 14 buku sehari oleh orang tuanya sejak usia 4 bulan. Dampaknya? Cushla di usia 5 tahun telah memiliki intelektual yang di atas rata-rata dan mampu bersosialisasi dengan baik. Komitmen, dedikasi dan konsistensi orang tua dalam membacakan memang senantiasa membuahkan hasil bagi anak-anaknya.


Banyak pilihan buku anak yang bisa mengguggah imajinasi dan memantik diskusi berbobot yang memperkuat bonding anak dan orang tua. Anak speech delay yang rutin dibacakan lantang akan sangat membatu stimulasi perkembangan bicaranya. Luapan kosakata yang melimpah terniliki lewat bacaan dan literatur. Orang tua yang bingung hendak berakifitas apa dengan anaknya bisa memilih membacakan buku sebagai pilihan utama dan pertama. Mungkin tidak semua orang tua bisa punya waktu membersamai dalam berolahraga bersama, bermain bersama anak-anaknya. Mungkin secara fisik sudah tidak sanggup mengikuti ritme anaknya, ini biasa terjadi jika punya anak di usia tua. Namun membacakan lantang sebuah buku , siapapun bisa tentunya! Manfaat lain anak-anak yang biasa dibacaakan adalah mereka cenderung berpotensi menjadi pembaca mendiri hingga besar kelak. Manfaat menjadi pribadi yang gemar membaca tentu bisa disimak di artrikel ini.


Merancang kegiatan playdate yang rutin dengan teman bisa jadi salah satu cara untuk mengurangi porsi anak bermain di dunia maya.Mengurangi waktu anak berselancar di dunia maya juga perlu dipikirkan strateginya secara bertahap. Membuat kesepakatan bersama untuk membatasi screen time setiap hari. Agar porsi kegiatan offline dan online lebih sehat, anak juga bisa diberikan tantangan untuk “membayar” setiap satu jam waktu berselancar di dunia maya dengan 2 jam membaca buku. Jangan lupa juga menyalakan timer agar tetap disiplin saat online. Penguasaan diri seringkali jebol jika anak terlalu asik main game online , nonton video youtuber favoritnya ataukah chatting dengan teman. Sebagai orang tua, adalah hak istimewa kita untuk mengawal tumbuh kembang dan pembentukan kebiasaan baik dalam diri anak-anak.





No comments: