Pages

Wednesday, October 3, 2018

Charlotte Mason: No Ordinary Teacher


Charlotte Mason (1 Januari 1842- 16 Januari 1923): Bukan Guru Biasa

Apa yang membuat ia berbeda dari guru lainnya?

Charlotte Mason memang bukan guru biasa. Ia ber"beda" dalam cara pandangnya terhadap anak-anak.
Bagi Charlotte, anak-anak adalah harta yang dititipkan Tuhan kepada orangtua. Anak-anak bukanlah milik orangtua.

Bagi Charlotte, anak-anak terlahir sebagai pribadi utuh dan akan terus menyingkapkan dirinya seiring bertambahnya usia. Anak bukan kertas putih kosong yang menunggu ditulisi. Anak-anak ibarat obor yang penuh minyak, menanti disulut dan dikobarkan apinya.
 Nah disitulah peran para pendidik (baca:orangtua dan guru), yakni membantu dan memfasilitasi mekarnya pribadi anak. Tugas para pendidik sesungguhnya memantik-mantik pijaran api itu, sampai si anak menemukan potensi keunggulannya serta melatihnya mengatasi kelemahannya !

Motto hidupnya Charlotte adalah "Semua demi anak-anak" (For the Children's Sake) .
Itulah mengapa metode pendidikan ala Charlotte Mason ini liberal sifatnya, teruntuk semua anak! Tanpa memandang ras, strata sosial, gender,  maupun agama! Metode CM "memuaskan anak-anak tercerdas dan menyingkap inteligensi anak-amak terlamban". Semua anak punya potensi yang sama untuk menyingkapkan kepribadiannya!
Jiwa semua anak (apapun ras, strata sosial dan gendernya) selalu menunggu untuk digugah!
Charlotte bahkan memprakarsai sistem pendidikan rumah model korespondensi untuk keluarga miskin yang tak mampu menyewa jasa governess (guru yang datang mengajar di rumah di era Victorian),karena biaya pendidikan seharusnya tak jadi halangan demi anak-anak!

Menurut Charlotte pula, pendidikan di sekolah bukanlah yang terutama. Sesungguhnya justru pendidikan di rumahlah yang lebih penting karena menanamkan kesan yang mendalam, menjadi penentu karakter dan karir anak ini kelak. Sekolah seyogyanya menjadi partner orangtua dalam mendidik anak. Orangtua bukanlah konsumen edukasi yang terima beres  setelah menyediakan dana SPP. Amat sedih jika orangtua tidak lagi berfungsi sebagai pendidik, tapi tugas ini dipasrahkan ke instansi-instansi lainnya. Semua instansi ini(sekolah, sekolah minggu, les, kakek nenek, asisten rumah tangga, dsbnya)  didesainNya menjadi rekan sekerja  orangtua mendidik anak , bukan  fasilitas subkontrak peran mendidik anak!
Well, it does take a village to raise a child!

Menurut Charlotte , orang tua juga tak cukup hanya mengandalkan banyak doa dan harapan semata dalam membesarkan anak!
Ada hukum-hukum Tuhan yang universal yang perlu dipelajari dan diterapkan dalam mengasuh anak. Bagian orangtua: perluaslah wawasan! Salah satu nikmat hidup di era internet: amat mudah untuk memperluas wawasan tentang ilmu psikologi dan fisiologi terkini tentang parenting dan pendidikan! Banyak webinar, seminar dan tutorial yang bisa memperkaya wawasan!

Saya bersyukur berkenalan dengan metode CM , yang amat membongkar pasang pola pikir saya selaku pendidik bagi anak-anak saya.
Saya rindu keluarga saya menjadi keluarga yang seumur hidup mencintai proses belajar. Belajar itu  karena cinta belajar. Belajar menjadi gaya hidup! Belajar bukan karena syarat kelulusan ujian, gengsi, dan serentet imbalan eksternal lainnya!
Inilah awalnya mengapa saya jatuh cinta pada metode CM, karena membentuk pembelajar mandiri yang mencintai ilmu!
Bukankah hidup itu terasa lebih nikmat jika terus belajar?

Salam pembelajar,
Yunie
@agendaiburumahtangga
@agendasekolahrumah


#CMidbernarasi
#CMidbernarasiyuniesutanto
#CMidbernarasiagendaiburumahtangga
#CMidbernarasiCYBprolog #charlottemasonindonesia
Picture taken from riverbendpress.com 




No comments: