Pages

Thursday, October 11, 2018

Miliki Cinta Yang Berpikir


“Apa?! Punya anak? Tunggu dulu deh ya, sampai ekonomi mapan dan sudah puas berkarir barulah episode itu kami garap. Hendak kami kasih makan apa anak itu jika sekarang kami punya anak? Apa cukup dengan kasih sayang semata bisa kenyang nanti anaknya?”,demikian jawaban tajam bin nyinyir seorang wanita muda, yang jikalau dilihat dari perawakannya mungkin sekitar 26-27 tahunlah usianya.

“Usia kan jalan terus loh, kehamilan di usia 35an ke atas nanti juga lebih beresiko loh, Ris” ,jawab lawan bicaranya, seorang ibu, sekitar paruh baya usianya.

“Ya, itupun aku sudah sering diingatkan oleh bundaku. Tapi aku belum siap, baik secara mental dan finansial, pokoknya belum siap untuk memiliki momongan”, sahut si wanita yang dipanggil Ris tadi. Entah Risma, entah Risya namanya, cantik nian parasnya, tetap terlihat manis meski air mukanya sedang tak karuan karena gusar. Nada bicaranya yang ketus dan menyentil tak mengurangi aura anggunnya, malah menarik perhatian pengunjung cafe di beberapa meja di sekitarnya untuk turut menguping pembicaraan dua wanita tersebut.

Rupanya Mba Ris ini,  ia paham betul bahwa sekedar menjadi orangtua karena dikejar usia dan tuntutan masyarakat itu tak cukup! Ya, tak cukup! Banyak anak banyak rezeki bukanlah motto hidupnya!
Tanggung jawab besar menanti! Perlu dipersiapkan matang-matang! Seandainya...ada sekolah persiapan orangtua, sayangnya tidak ada!

Para calon ayah dan ibu perlu siap secara lahir dan batin untuk menjalankan tugasnya, yakni menjadi orangtua, yang menurut Charlotte Mason adalah profesi terpenting di dunia!

Tak cukup mengandalkan impuls alamiah semata, tak cukup berbekal cinta yang besar semata! Tapi perlu memiliki cinta yang berpikir. Cinta tapi berpikir!
Karena cinta kadang tak ada logika, mengutip lirik lagu yang dipopulerkan Agnes Monica.

Lantas bagaimana jika saya tak sebijak mba Ris yang tetap manis meski ketus diatas? Terlambatkah jika saya terlanjur punya anak dan ternyata menyadari “eh...rupanya aku belum siap secara mental untuk jadi ibu”
Atau jika ternyata anda baru tercerahkan bahwa ternyata:
“Aduh, aku masih jatuh bangun bergelut dengan emosi-emosi negatif yang ada di bagasi jiwaku, belum pulih dari trauma masa kecilku!!”

Adakah harapan bagi orangtua yang demikian untuk menjadi figur yang tak sekedar melahirkan fisik anak, tapi juga bisa mendidik anak menurut jalan yang patut baginya?
Dengan cinta yang berpikir, niscaya bisa!
Bukankah perjalanan seribu mil ditempuh dari langkah kecil pertama?

Sebab anak tidak butuh orangtua yang sempurna! Tapi orangtua yang mencintai mereka tanpa syarat dan terus mau belajar bersama mereka. (Hal 15 CYB)

Saya mau terus berproses menjadi versi diri saya yang lebih baik, demi anak-anak saya.
Terus belajar di sekolah kehidupan, sampai garis akhir!

Salam pembelajar

Yunie
@agendaiburumahtangga
@agendasekolahrumah
#CMidbernarasiCYBbagian1
#milikicintayangberpikir
#CMidbernarasi
#CMidbernarasiyuniesutanto
#charlottemasonindonesia #CMidbernarasiagendaiburumahtangga

2 comments:

Tikno said...

Uang bisa dicari, sampai kapanpun selalu ada kesempatan selama kita masih bisa bekerja, namun wanita punya batas waktu hingga menopause, maka gunakan kesempatan itu dengan baik.

PS: saya bisa sampai ke blog Anda saat melihat-lihat posting lama di blog saya, dan melihat komentar Anda di sana (Mrs. Irontius Lou)

Agenda ibu rumah tangga said...

Wah, uda lama banget berarti postingny , belum ganti username