Pages

Monday, March 23, 2020

Day 23 Journey


IBIS:Suaminya adalah orang ternama--salah seorang dari antara para pemimpin kota.

ITB:Suaminya dikenal di pintu gerbang, kalau ia duduk bersama-sama para tua-tua negeri.

AMP: Her husband is known in the city's gates, when he sits among the elders of the land.

CEV: Her husband is a well-known and respected leader in the city.

Beberapa wanita merasa terintimidasi saat membaca Amsal 31. Mereka merasa standard Alkitab untuk peran wanita begitu tinggi. "Berat banget sih jadi wanita seperti ini?" Namun pasal ini, terutama bagian perikop keduanya, sepertinya menjadi bahan renungan favorit di  retret-retret wanita Kristiani maupun acara perayaan hari ibu ataukah hari wanita. Seolah-olah Amsal 31 sudah menjadi job description wanita Kristen, sosok wanita ideal versi Alkitab. Ayat hafalan wajib deh bagi wanita Kristen.
Padahal…. Ternyata...eh ternyata! 
Hm...sepertinya kita perlu kembali lagi deh ke ayat 1. "Untuk siapa" amsal ini ditujukan dan "siapa" yang menyuruh menuliskan Amsal 31 ini?  Ingat bahwa Raja Lemuel yang menuliskan amsal ini dan isinya adalah nasehat ibundanya. Jadi, amsal 31 adalah pasal penutup Amsal yang isinya untuk diingat dan dijadikan nasehat bagi para pria. Bahkan jangan kaget jika di budaya Ibrani, hingga saat ini pun, para prialah yang menghafal amsal 31 ini dan ditujukan sebagai syair pujian yang dibacakan bagi istri dan ibu mereka pada upacara adat mereka. Jadi, bukan sebuah pasal khusus untuk para wanita! Wanita seolah dibebani  dengan serentetan peran domestik oleh gambaran wanita di pasal ini, bukan demikian! Justru Amsal 31 adalah penghargaan dalam bentuk puisi untuk para wanita yang dengan begitu luar biasa menjalankan perannya di rumah tangga namun sukses pula berkiprah dalam bisnisnya/karirnya di luar rumah.

Tidak mungkin ada wanita macam ini jika ia tidak diijinkan , didukung oleh suaminya. Bagaimana seorang wanita bisa mahir mengelola uang jika ia tidak pernah dipercaya memegang uang? Jadi tidak akan ada wanita Amsal 31 tanpa PRIA Amsal 31. Adil dong sampai di sini? Hahaha..tetapi memang demikian, sebab suamilah kepala istri. Semua kualitas kebaikan yang bermunculan di ayat-ayat Amsal 31 ini bukanlah dari upaya keras yang diperjuangkan, tetapi adalah buah atau hasil dari kasih seorang suami kepada istrinya. 

A woman who is loved is beautiful. Seorang wanita yang dihargai dan merasakan bahwa dirinya dikasihi oleh suaminya, dengan sendirinya ia akan bertumbuh dalam mengembangkan dirinya. Ia merasa aman batinnya, tidak ada ruang lagi untuk uring-uringan, mood swing, dsbnya. Ia tahu diberi kebebasan untuk bertumbuh dan ia akan begitu sibuk dalam menjadi  versi terbaik dirinya. Wanita yang seperti ini tidak akan merasa Amsal 31 itu beban hidup, tetapi ia dengan sendirinya menghidupi ayat demi ayat dari Amsal 31. He is a husband who allows her wife to be what she can be.
Istri yang berbakat melukis, bisa membuka usaha jasa karikatur. Istri yang pandai memasak, bisa memulai bisnis catering. Suaminya adalah pria yang merasa aman untuk mewarisi kasih karunia bersama dengan istrinya. Suami yang menjadi gambaran kasih Kristus bagi jemaatNya. 

Ada satu insight lagi nih...maaf agak panjang!
Amsal 12 ayat 4 juga berkata bahwa seorang istri yang cakap adalah mahkota suaminya. Seorang raja dengan mahkota maha indah pastilah terlihat mencolok saat ia berdiri ditengah kerumunan orang banyak. Orang begitu terpukau dengan kilauan permatanya. Demikianlah seorang pria yang mempunyai istri yang cakap.  Ada ungkapan yang bunyinya “di balik setiap pria sukses ada seorang wanita yang luar biasa."  Wanita luar biasa ini bisa saja figur seorang istri atau bisa saja figur seorang ibu. Beruntunglah kita sebagai kaum wanita yang diberi anugerah Tuhan berkesempatan menjalani  kedua peran ini: sebagai istri dan ibu. Kita telah diberikan suatu kepercayaan yang luar biasa oleh Tuhan. Kita bisa memberikan pengaruh yang kekal bagi suami dan anak-anak kita. Kita patut bersyukur pada Tuhan atas kepercayaan ini. Jangan menyia-nyiakan peran kita dalam rumah tangga, pakai setiap kesempatan yang ada untuk berbuat baik bagi suami dan anak-anak! 

  Ingat bahwa atmosfer rumah kita dipengaruhi oleh sikap kita. Kalau kita dipenuhi kasih Tuhan, ada sukacita illahi mengalir dari hati kita, rumah kita betul-betul jadi "home-sweet-home" bagi keluarga kita!
Martin Luther berkata bahwa "Seorang isteri seharusnya membuat suaminya senang tatkala pulang ke rumah dan seorang suami seharusnya membuat isterinya merasa sedih ketika melihatnya pergi". 
Kita sedang berada dalam fase 14 hari #dirumahsaja dan saya lihat ada satu meme kocak di instagram tentang seorang anak yang memilih tinggal bersama guru sekolahnya saja. Saat ibunya bertanya kenapa, ternyata  sang ibu terlalu galak saat mengajar home learning. Ia lebih memilih home learning dengan gurunya. 

Pertanyaan untuk direnungkan:
Bagaimanakah atmosfer rumah saya ? Apakah suami dan anak-anak betah di rumah bersama saya? 
Citra apa yang diingat tetangga atau teman komunitas tentang suami dan anak-anak says? 

No comments: