Pages

Saturday, March 28, 2020

Day 28 Journey


IBIS: Ia dihargai oleh anak-anaknya, dan dipuji oleh suaminya.

ITB: Anak-anaknya bangun, dan menyebutnya berbahagia, pula suaminya memuji dia:

CEV: Her children praise her, and with great pride her husband says,

MSG: Her children respect and bless her; her husband joins in with words of praise:

AMP: Her children rise up and call her blessed (happy, fortunate, and to be envied), and her husband boasts of and praises her, saying,

Wanita ini memperoleh rasa hormat dari orang-orang terdekat dalam hidupnya—suaminya dan anak-anaknya. Perkataannya dan tindakannya sehari-hari tentunya telah membuahkan rasa hormat tersebut. (Amsal 11:16 “Perempuan yang baik hati beroleh hormat..”). Orang terdekatnya pasti tahu bagaimana sisi buruk wanita ini (jika ada). Bagaimana responnya 24 jam sehari menjadi kesaksian hidup yang nyata di hadapan suami dan anak-anaknya.

Berapa kali telah kita jumpai wanita yang telah bekerja keras, berusaha meraih pujian orang-orang di luar rumah, sementara itu menelantarkan suami dan anak-anaknya?  Saya pernah terjebak dalam hal ini. Saya mendadak rajin masak menu-menu keren , tetapi hanya demi diunggah dan menuai "likes" serta komentar netizen. Wanita yang telah bekerja keras, namun untuk hal-hal yang salah. Wanita yang telah berbuat baik sepanjang hari, namun untuk motivasi yang salah. Sesaat mungkin nampak menyenangkan dan memberi kenikmatan semu, namun  tiba juga suatu saat tersadar juga bahwa batin ini tetap merasa kosong, hampa dan tak berarti! Tidak ada artinya semua pujian semu itu, jika suami dan anak-anak sama sekali tidak menganggapnya karena ia gagal memprioritaskan mereka dalam hidupnya. Karena keegoisannya, Ia telah kehilangan pujian dari orang-orang yang paling terkasih dalam hidupnya---suami dan anak-anaknya!
Saya mengakui pernah berada di posisi ini. 

Wanita ini berbahagia. Ia menyadari penuh bahwa ia blessed beyond measure. Ia merasa aman. Ia punya rasa berharga yang mantap di dalam Kristus. Ia tidak goyah oleh kekurangan fisiknya, cantik batiniah memancar menutupi kekurangan fisiknya. Ia seperti pohon anggur yang subur, ia dikecap manis oleh orang di sekelilingnya. Buah memang tak pernah berdusta. Status instagram bisa saja hanya pencitraan semata, namun buah kehidupan yang terpancar tak pernah berdusta. Suami dan anak-anak memuji-mujinya. Adakah pujian yang lebih berarti daripada pujian mereka? 

Renungkan:
 Tepuk tangan dan pujian siapakah yang kita dambakan? Apakah dalam keseharian saya memancarkan sukacita illahi?

No comments: