Pages

Tuesday, November 30, 2021

Terpikat Sampul




Kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah anda, demikian jargon Iklan Axe tahun 90-an yang masih teringat di benak. Ya, kesan pertama berjumpa menanamkan imaji kuat yang membekas. Perjumpaan pertama terekam dalam memori. Asosiasi terbentuk. Buku-buku dipasarkan  tak lagi cukup dengan isi berkualitas, tampilan sampulnya pun harus “eye catching”. Don’t jusge a book by its cover menjadi slogan kuno yang semakin diragukan keabsahannya. Mungkin bagi penikmat buku kawakan sampul tak lagi jadi masalah, yan penting isinya. Sayangnya industri buku harus terus berkembang dan pernerbit buku pun berbenah dan mempersolek diri. Terbaca di Tempo edisi 17 juli 2005, peremajaan kover-kover buku seri Sastra Nostalgia, program khusus yang dimulai tahun 2000. Balai Pustaka sebagai penerbit yang sudah beroperasi sejak tahun 1917 mulai berbenah dan bersolek. Tak hanya Balai Pustaka, estetika sampul di pelbagai penerbit pun mulai diperhatikan. Ada ciri khas terbitan Mizan yang membedakannya dan sekali pandang pun pembaca akan mengenali ini pasti buku terbitan Mizan. 


Sampul menarik itu menggoda pembeli untuk membuka isinya dan mengintip si buku. Cobalah saja eksperimen dua buku berjudul sama edisi terjemahan tetapi diterbitkan oleh dua penerbit berbeda. Misalnya saja Aesop Fables. Saya akan memilih versi Milo Winter yang apik menarik desain kovernya. Ini masalah selera dan sangat subjektif. Setiap pembaca tentung punya preferensi masing-masing. Seorang penggandrung novel terjemahan sastra Perancis , Little Prince menunjukkan koleksi beraneka kover Little Prince dalam pelbagai edisi dan bahasa yang dikoleksinya. Mengapa ia membeli judul buku yang sama hingga berkali-kali? Bahkan dalam berbagai versi bahasa yang tak dipahaminya? “aku suka desain sampulnya” demikian jawabnya. Ia memiliki 30 novel Little Prince dalam pelbagai edisi dan bahasa. Hanya untuk dikoleksi dan dipajang di rak khusus di rumahnya. 


Penikmat buku memang acapkali antik bin unik. Kolektor buku seringkali bukanlah pembaca isinya. Ini acapkali terjadi. Banyak yang mengisi rumah dengan rak buku berisi buku babon demi terkesan intelek. Industri pemasaran buku wajib memahami bahwa agar bisnis terus berjalan , buku-buku harus terus diminati dan dibeli. Agar buku-buku terus terbeli, kover memang penting dbuat semenarik mungkin. Banyak yang menggantungkan hidupnya pada industri buku, sehingga idealisme “don’t judge a book by its cover” itu jadi tidak laku. Buku-buku tak hanya sekedar isi, tapi juga sampul menarik. Agar pembeli melirik. Titik.

No comments: